Salam

Selamat datang di Blog saya, sebelumnya melihat isi dari blog ini saya anjurkan anda untuk banyak berdoa, karena apa??? dengan berdoa kita akan selalu diberi keselamatan, kesabaran dll. dengan berdoa anda saya dan semuanya akan diberikesabaran, karena apa??? pasti anda akan kecewa melihat konten dari blog ini yang amat sanagt tidak membantu dalam segi apapun sehinggga anda akan merasa kecewa, marah dan tentunya akan melecehkan saya... heheh.... maka dari itu saya anjurkan bnyak berdoa agar diberi kesabaran amin amin.. bagi anda yang ingin Bekerjasama dengan saya secara off-line silahkan klik DISINI_CV. ENONG WIRAJAYA SANTOSA
Selamat Datang, Sugeng Rawoh, Welcome.. :) Belajar ngeblog     Enong Get Paid every Day enOng SUPER PROMO PAID EnOng   Spend Your Page    
  Free Website Hosting

Google Website Translator Gadget

Wednesday, April 27, 2011

Cerpen "CINTA MENGUBAH SEGALANYA"

Cerpen pencerahan bagi anda yang sedang d madu asmara.. monggo di baca,,

“ CINTA MENGUBAH SEGALANYA ”

Pertama kali bertemu dia , waktu itu aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas, saat itu aku masih kelas 3 semester awal, kami bertemu ketika aku duduk – duduk di seberang jalan sepulang sekolah. Setiap hari aku selalu menunggu bis antar jemput yang di sediakan oleh pihak sekolah, tepat pukul dua aku sudah berkumpul dengan teman – teman yang lain, tak terasa 15 menit telah berlalu angkutan sekolahpun belum juga datang kami merasa keletihan dan haus, akhirnya temanku mengajak untuk membeli es buah di sebelah tempat duduk.
Tiba – tiba datang beberapa anak sekolah lain masuk ke dalam kedai es buah, “Mir… Mir… cepetan kesini keburu habis” suara itu terdengar dari salah satu diantara mereka, kemudian sosok laki-laki berambut tipis dan berwajah kuning langsat dengan lesung pipi yang manis muncul dari arah ufuk barat berjalan dengan tenang dan penuh wibawa, seketika aku terlena dalam lamunan yang membawaku ke dalam mimpi sesaat di siang bolong.
Seketika itu pula dalam hatiku berkata “bila dalam hitungan satu sampai kesepuluh laki-laki itu tidak melihat dan menyapaku maka akan kubiarkan dia hanya dalam mimpi sejenakku tapi bila dalam hitungan satu sampai kesepuluh dia menatapku seraya menyapa, maka akan kukejar dia sampai kudapatkan senyuman itu untuk selamanya untuk menemaniku menjalani kehidupan di kemudian hari”. Akupun mulai menghitung dan sampai hitungan kelima hatiku mulai gusar gundah gulana penuh kecemasan dan harapan agar dia segera menatapku, dan akhirnya sampai hitungan kedelapan sebuah senyuman terlempar dari wajahnya kearahku diiringi dengan ucapan salam “hai…”. Ya hanya sebuah kata “hai..” yang keluar dari bibirnya yang tipis dan manis yang dibasahi oleh air dimulutnya. Sebuah kata yang memberikan harapan besar, membuka pintu keindahan dan kebahagiaan yang sulit diungkapkan hanya dengan sebuah kata – kata. Dengan cepat laki-laki itupun duduk tepat di belakangku. Tiba – tiba terdengar suara yang mengejutkan sambil menepuk punggung kananku “hai..!! Lit ngapain kamu bengong… ini es milikmu cepetan diminum keburu bisnya datang”. Akupun tersentak kaget dengan gerakan refleks tanganku mengayun kebelakang dan mengenai mangkuk es yang di bawa oleh Rita, seketika mangkuk itupun tumpah dan mengenai sebagian tangan serta baju laki-laki tersebut.
Tak kusangka di balik wajahnya yang lembut dan santun tersimpan suara keras, lantang dan tegas, “awas…!! wah... hati-hati mbak…” laki-laki itu langsung berdiri dan berusaha untuk membersihkan tumpahan air es yang mengenai tangan dan bajunya. Akupun bergerak cepat segera menarik gulungan tisu pembersih yang ada dikedai tersebut dengan tangan kananku, karena spontanitas tangan kiripun menumpahkan mangkuk es milik Rita dan mengenai sebagian baju beserta tas yang kutaruh di atas meja. Dengan cepat pula laki-laki itu mengambil tisu pembersih dan mengayunkan tangan kanannya kearahku dan memeberikan tisu tersebut. Dengan sekelumit senyuman tisupun kuterima dengan tangan kananku, tak sengaja jemarikupun menyentuh telapak tangannya diapun membalasnya dengan sebuah senyuman ringan.
Beberapa menit kemudian suara klakson berbunyi menandakan bus antar jemput sudah tiba, Lita berserta kawannya bergegas menuju bus, tak lupa Lita menanyakan nama beserta nomor telepon milik laki-laki tadi. Ditengah perjalan fikiran Lita hanya tertuju kejadian yang baru saja dialaminya, sekitar satu tahun Lita tidak pernah merasa tertarik kepada seorang laki-laki. Semenjak ditinggal pergi oleh teman dekat, saudara, sekaligus kekasih hatinya pergi keluar negeri, Lita berubah menjadi anak yang pendiam tidak banyak bicara, kurang pergaulan dengan teman-teman sejawatnya dan lebih mementingkan diri sendiri. Hal itu terbukti dia tampak acuh terhadap apa saja yang ada disekitarnya apakah itu di lingkungan keluarga teman dan sebagainya. Hal itu juga dirasakan oleh Rita sahabat karibnya, dia sering mengeluh dengan perilaku Lita yang banyak berubah satu tahun terakhir, Lita yang dulu periang, humoris dan perhatian terhadap temannya saudaranya dan siapa saja yang membutuhkan perhatiannya sekarang semua itu hilang begitu saja hanya tinggal wajah manisnya yang tersisa tanpa adanya wajah keceriaan seperti dahulu kala.
Keesokan hari Lita bangun pagi-pagi sekali, sebelum matahari menampakkan sinarnya mata Lita sudah terbuka lebar segera ia menuju jendela dan menghirup udara pagi yang masih segar yang belum terkontaminasi oleh berbagai macam aroma dan polusi udara, dari wajahnya terlihat sedikit cerah dan ceria seperti ada sebuah bias sinar matahari dipagi hari yang mengenai kaca jendela. Bu Wati pun sedikit terkejut melihat adanya perubahan pada diri putrinya, tapi ia tidak begitu saja menanyakan apa yang menyebabkan hal tersebut, dia hanya memperhatikanya tanpa memberikan komentar apapun. Dengan segera Lita pergi kesekolah, keceriaan itu juga dirasakan oleh sahabatnya terutama Rita. Sesampai disekolah Lita bertemu dengan Rita sang sahabat sekaligus saudara angkatnya. Ia bercerita kepada Rita tentang apa saja yang terjadi setelah kejadian kemarin. Dia bercerita panjang lebar dari awal sampai akhirnya nanti siang Lita ada janjian bertemu dengan laki-laki kemarin.
Tak terasa lonceng sekolah berbunyi, dengan cepatnya Lita menuju tempat biasa dia menuggu bus sekolah. Di tempat itu pula Lita ada janji bertemu dengan laki-laki idamannya. Tepat pukul 2 Lita sampai di tempat, berselang beberapa menit laki-laki itu datang dengan seorang temannya. Segera Lita menyapanya “ hai.. mas Amir bagaimana jadi apa tidak acaranya?” Lita melontarkan sebuah pertanyaan kepada Amir, ternyata kemarin Amir berjanji mau mengajak Lita untuk pergi melihat pertandingan bola volli team yang dibelanya. Dengan cepat Amir mejawab pertanyaan “Ya… jadilah.. o iya apakah sudah siap?” Amir ganti bertanya. “Ya sudah siap dari kemarin kak…hehe”. Jawaban Lita langsung menyahut sambil tersenyum kecil, seketika Amir memegang tangan kiri dan mengajak untuk segera naik ke sepedah yang di parkir diseberang jalan.
Ditengah perjalanan Lita sedikit berbincang mengenai seputar kegiatan sekolah dan sebagainya, dan sampai akhrirnya ia berbincang mengenai perasaan. Setelah ngobrol yang sedikit diiringi dengan senda gurau sekiranya ada kesempatan Lita langsung meminta Amir untuk menjadi teman hidupnya, dengan nada terkejut Amir menjawab dengan terbata-bata dan mengiyakan semua pertanyaan yang diajukan Lita. Perbincangan tersebut berakhir saat mereka sudah sampai di tempat pertandingan. Pertandinganpun dimulai dengan semangatnya Lita memberikan semangat dengan meneriak-riakkan nama Amir, “Amir.. Amir … ” suara itu keluar dari mulut Lita. Tanpa disengaja Rita sahabatnya juga hadir dipertandingan tersebut, Rita hadir disitu karena ajakan kakaknya yang sedang menjalamkan tugas sebagai wasit pertandingan, tanpa sepengetahuan Lita, Rita memperhatikan keceriaan yang muncul dari wajah Lita, keceriaan yang lama tidak terlihat hari ini sangatlah nampak begitu jelas dan bahkan lebih dari sebelumnya, dalam hati Rita ikut bahagia dan rasanya ingin ikut merayakan kebahagiaan tersebut dengan meneriakkan nama “Lita… Lita …”. Tapi hal itu tidak dilakukanya karena ia takut akan menganggu kebahagiaan yang dirasakan oleh Lita. Peluit pun berbunyi tanda pertandingan usai, team yang dibela Amir memenangkan petandingan dengan skor 2:1.
Setelah usai pertandingan Amir mengantarkan pulang Lita kerumahnya, Bu Wati menyambut kedatangan putrinya dengan senyum penuh kasih sayang. Dimalam hari tanpa diminta oleh sang Ibu, Lita bercerita mengenai apa saja yang terjadi di hari ini kemarin dan harapan di hari esok. Setelah bercerita panjang sang Ibu tersenyum lebar dan kemudian memberikan sedikit saran. “Lita sayang… sebagai seorang Ibu saya hanya menginginkan kebahagiaan berupa apapun yang ingin engkau dapatkan, asalkan kamu bahagia Ibu pun ikut bahagia. Apapun yang engkau lakukan asalkan tidak keluar dari norma dan aturan Ibu akan selalu merestuinya, sudah lama sekali Ibu kehilangan senyum manismu canda tawamu solidaritas antar sesama dan sebagainya. Akhirnya hari ini Ibu sudah mendapatkan kembali putri Ibu seperti yang dulu, Lita yang periang, penuh perhatian dan humoris kini telah kembali lagi. Ibu berharap hal ini akan berjalan tidak untuk waktu yang singkat, Ibu berharap ini akan berlangsung untuk selamanya. ” kata-kata ini muncul dari mulut sang Ibunda tercinta Lita. Dengan penuh haru Lita mendengarkan semuanya tanpa sengaja air matapun menetes sedikit demi sedikit dan mengotori pipinya yang manis. Dengan penuh kasih sayang jari-jari Ibu membersihkan air mata tersebut, matapun mulai tertutup dengan tertidur dipelukkan seorang Ibu tercinta.


By : EnongXp

Ato ingin unduh filenya langsung klik ini aja...

No comments:

Post a Comment

Silahkan Tulis Komentar anda